Hidup itu Kebahagiaan yang harus di syukuri
Senin, 23 April 2012
Resume Film
Rabu, 04 April 2012
Psikoterapi Dengan Teknik Psikoanalisa
Sejarah tentang psikoterapi modern dimulai dengan pekerjaan Sigmund Freud. Pada tahun 1880, Freud berkenalan dengan Joseph Breuer, seorang dokter dari Vinisia yang mahir merawat gadis muda yang menderita histeria konversi. Saat Breuer menghipnotis “Nona Anna”, dia bisa mengingat pengalaman emosional yang dalam kondisi normal tidak bisa diingat. Nona Anna menyatakan perasaan ini dalam kondisi terhipnotis, seolah dia berkondisi normal. Freud dan Breuer merumuskan suatu teori histeria dan psikoterapi yang dinyatakan secara sederhana: emosi yang kuat merespon pengalaman yang dialami dalam kehidupan yang keras, namun ekspresinya tidak langsung dinyatakan justru ditekan (repres). Emosi yang teredam tersebut membentuk suatu jalur yang kecil dan dapat berlanjut menjadi gejala awal histeris. Pada proses hipnotis, adanya proses pengulangan kejadian dan mengingat pengalaman awal, yang dapat menyakitkan (mereka menyebutnya dengan proses ‘abreaction’), setelah hipnotis dilakukan gejalanya menghilang. Perawatan histeria dapat dimengerti sebagai penyimpangan psikologis, yang bergantung sekali dengan katarsis, pengaliran energi emosional yang terjebak.
1. Teknik -Teknik Terapi Psikoanalisa
a. Asosiasi bebas
Para analis meminta klien untuk melakukan asosiasi bebas, berbicara dengan bebas tentang dirinya, menceritakan tentang seluruh mimpi-mimpinya; baik tentang isinya, dan mengatakan segala sesuatunya pada analis. Ia mengatakan berbagai hal dan menguraikannya satu persatu apa saja yang ada di dalam pikirannya dan menghubungkannya dengan bagian-bagian dari asosiasi yang ada. Apakah asosiasi? Asosiasi merupakan keberkaitan antara hubungan antara gagasan, ingatan, dan kegiatan dari pancaindera.
Pada bagian ini, asosiasi-asosiasi bebas mengarah pada pembicaraan bebas yang terlintas dalam pikiran klien. Analis harus mampu mendorong agar klien mau bebas berbicara, pengacauan stimuli diperkecil dan relaksasi didukung. Selama sesi-sesi ilmu pengobatan, klien berbaring di dipan. Freud biasanya duduk dekat kepala dipan, karena Freud dapat mengamati pandangan pasien. Freud percaya bahwa dengan tata letak seperti ini, dapat mengatur energi yang tidak berguna dari klien. Energi yang tidak berguna dari klien itu berupa pemikiran, perasaan, dan sejumlah fantasi. Pada mulanya, Freud meminta klien untuk menutup matanya sebagai tambahan. Hanya hal ini dapat menyebabkan klien tidak melakukan kontak dengan terapisnya. Format terapi bagi psikoanalisis klasik meminimkan keterlibatan rangsangan fisik dan sosial, agar tidak menghambat kahyalan internal dan berbagai keinginan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan komunikasi klien untuk menyatakan pikiran-pikiran tidak sadar, emosional, dan tidak masuk akal. Proses tersebut agar semakin dekat dengan pada proses utama, yaitu penggalian pengamatan pada pikiran masa anak-anak, mimpi, dan pikiran tidak rasional. Pikiran-pikiran itu memang dicari pada proses asosiasi bebas, dibandingkan pikiran kedewasaan, orientasi realitas, dan kondisi siaga. Beberapa ahli analis jiwa tradisional masih meminta klien mereka berbaring di dipan, namun pada saat ini banyak juga para analis dan klien duduk berhadapan di kursi yang nyaman.
b. Penafsiran (Interpretation)
Hal yang pokok saat melakukan proses analisa pada klien adalah penafsiran yang menjadi bagian dari asosiasi bebas, menjadi bagian dari teknik dari psikoanalisis. Gambaran yang mengarahkan pada psikoterpi adanya orientasi untuk pembahasan panjangnya penafsiran berkaitan dengan model terapi yang digunakan. Penafsiran psikoanalisa memiliki arti secara spesifik bagaimana ketidaksadaran.
Terutama sekali perbedaan antara kesadaran dan ketidaksadaran. Pada konteks etidaksadaran mengarah pada arti yang bersifat tak sadar, asal, penyebab, fungsi perasaan pasien, kepercayaan, atau yang berhubungan dengan peristiwa psikologis. Proses analitik melibatkan intervensi, sebagai contoh, usaha untuk menghadapi klien dengan tindakan yang dilakukannya, memperjelas arti dari tindakannya, dan menetapkan maksud atau artinya. Penafsiran psikoanalisis berpusat pada apa yang tidak disebutkan daripada yang dikatakan. Hal ini sangat berkaitan dengan menimbulkan arti yang tersembunyi. Freud menyamakan dirinya sebagai ahli arkelogi atau detektif atau ahli otopsi, yang mencoba merekontruksi peristiwa yang lampau dan disimpulkan menjadi suatu adegan pendek yang ada saat ini. Penafsiran dipandang sebagai alat utama untuk peningkatan penerimaan diri dan sebagai alat koreksi dari pengalaman emosional sebagai arah untuk kesembuhan.
c. Analisis mimpi
Selama tidur, ada kondisi yang santai dari pengendalian ego normal dibandingkan pada waktu asosiasi bebas. Hal ini disebabkan proses tak sadar menjadi lebih bebas beraksi dibandingkan pada waktu pikiran sadar. Mimpi menyediakan suatu sumber informasi yang kaya tentang kebutuhan tak sadar; Freud menguraikan bahwa mimpi sebagai “pernyataan yang paling mudah dari alam tidak sadar”. Klien dalam psikoanalisa standar didukung untuk mengingat dan menceriterakan mimpi mereka, serta dibahas lalu dianalisa lebih lanjut. Tema dan gambaran mimpi ini diselidiki sebagai stimulus atau bahan eksplorasi untuk asosiasi bebas.
Mimpi yang timbul dilaporkan oleh Freud merupakan wujud dari isi yang tersembunyi (material tak sadar yang tersembunyi). Material yang tersembunyi untuk muncul secara jelas, justru dapat menyebabkan ketidakmampuan individu untuk tidur, karenanya proses itu diubah bentuknya dari konflik dan berbagai keinginan yang tak sadar, menjadi sesuatu yang tidak bersalah dan dimunculkan dalam bentuk gambaran. Pekerjaan mimpi bertanggung jawab untuk perubahan ini, melibatkan suatu rangkaian operasi mental yang kompleks, seperti penggantian jarak, pemadatan, dan simbolisasi. Banyak dari lambang ini secara pribadi unik, meskipun demikian, mimpi pada orang lain jadilah lebih universal. Suatu obyek simbol, berupa penis, dalam mimpi dapat berupa bermacam-macam simbol. Simbol tersebut akan nampak menghadirkan pengalaman manusia yang tersebar luas dan mempunyai keadaan umum pada lambang mitologi, seni, atau puisi. Bagi psikoterapis pemaknaan ini harus diselidiki untuk maksud dam arti bagi setiap pribadi pada setiap kasus.
d. Analisis dan interpretasi resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.
e. Pemindahan (Transference)
Analisa pemindahan (transference) adalah inti dari terapi psikonalisis. Proses ini merupakan kondisi klien, di mana ia memiliki perasaan pribadi yang kuat pada analis. Perasaan itu tidak bisa dipahami berkaitan dengan peristiwa terapi yang nyata atau dari karakters analis atau perilaku yang timbul. Rasa hormat dan cinta (pemindahan yang positif) atau kebalikannya; seperti,rasa benci, penghinaan atau marah (bersifat negatif) menjadi nampak demikian berlebihan. Hal ini yang sering dilakukan pada anak-anak dan merupakan pola yang primitif. Tidak sesuai dengan statusnya sebagai orang dewasa dan hubungan profesional antara klien dengan terapis. Freud memberi alasan bahwa perilaku seperti itu merupakan perasaan yang tidak dihasilkan sebagai bentuk hadiah, tetapi lebih mengarah pada sesuatu yang dipindahkan atau yang ditransfer dari pengalaman masa anak-anak pada para orang kunci, khususnya orang tua klien. klien kini bertindak sebagai seolah-olah analis adalah pengasuhnya, yang dapat melakukan pemeranan untuk pembagian perasaan, berbagai keinginan, dan khayalan dari masa anak-anaknya. Hal-hal tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang kebanyakan telah ditindas pada awal-awal tahun kehidupan dan bahkan yang telah ditindas. Perkiraan Freud, pengertian atau gagasan itu pada reaksi yang sesungguhnya, bukan merupakan penghalang terapi, namun lebih mengarah pada sarana yang utama untuk proses pengobatan. Fakta yang penting tentang pemindahan, bila hal itu membawa konflik, perasaan ditindas, dan tersembunyi di dalam; pada saat proses terapi tersebut hal-hal itu dapat diuji, dipahami, dan dipecahkan.
2. Terapi Psikonalisis Jangka Pendek
Proses psikoanalisa melibatkan empat hingga lima kali pertemuan selama satu jam untuk per minggu, selama dua atau tiga tahun. Penyimpangan waktu hingga empat atau lima tahun bukanlah sesuatu yang luar biasa. Banyak pertimbangan, biaya yang tidak sedikit, waktu yang panjang dan akhir dari sesi yang seolah tidak terbatas. Saat ini waktu proses psikoanalisis dapat dilakukan lebih singkat, tanpa mengurangi atau kehilangan kekayaan uniknya. Beberapa psikoterapis praktis yang mempraktikkan psikoanalisa hingga memakan waktu bertahun-tahun. Banyak orang yang memasuki proses psikoterapi psikoanalisa yang tradisional tidak hanya sekedar mencari jenis kepribadian. Sebagai gantinya, orang-orang yang datang pada psikoterapi untuk memperoleh bantuan pada permasalahan yang spesifik. Orang-orang juga mengharapkan psikoterapis untuk memperoleh perubahan-perubahan yang menguntungkan menyelesaikan masalahnya dalam waktu minggu-minggu atau bulan-bulan, namun bukan ukuran tahun.
Saat ini telah banyak psikoterapis yang memiliki perawatan jangka pendek berdasar pada pengembangan psikoanalisis tradisional (Binder dkk., 1994). Terapi dinamika jangka pendek memiliki beberapa fitur yang telah biasa dilakukan ( Koss & Shiang, 1994). Permasalahan pasien dapat secara cepat diidentifikasi pada awal terapi. Terapis dan klien bersepakat untuk masalah yang spesifik, konkrit atau nyata, dan sasaran yang ingin dicapai. Pada berbagai pertemuan sesi yang terarah, terapis psikodinamika lebih terarah dibanding ahli analis jiwa tradisional. Terapis modern dengan aktif melibatkan pasien untuk tanya jawab. Seperti apa yang dilakukan oleh psikoanalis tradisional, terapis menggunakan penafsiranpenafsiran untuk membantu pasien mengenali perasaan dan pemindahan-pemindahan yang tersembunyi, dan mengaitkan hubungan yang penting di dalam hidup klien (Liff, 1992). Psikoterapis juga memusatkan untuk membantu klien mengidentifikasi sumber daya psikologis yang ia miliki, agar ia terbiasa mengatasi kesukaran yang ada untuk permasalahan yang terulang lagi di masa depan (Koss & Shiang, 1994)/. Psikoterapis berdasar psikoanalisis tradisional yang panjang telah jarang dipraktikkan hari ini, namun jelas anggapan dasar, dan teknik-teknik Freud tetap berpengaruh besar. Penelitian saat ini telah melakukan uji coba gagasan-gagasan asli Freud, peneliti-peneliti juga telah mempelajari faktor khas yang kelihatannya berpengaruh pada efektivitas dari teknik-teknik dasar dari Sigmund Freud, seperti penafsiran dan pemindahan (Henry &yang lain, 1994). Tentu saja, psikoanalisa mempunyai banyak kritikus, namun sumbangan-sumbangan Freud pada teori kepribadian dan psikoterapi tetap besar.
Sumber :
http://erlinda.blogdetik.com/2012/03/30/teknik-terapi-menurut-aliran-psikoanalisa-dan-humanistik
Hartosujono. Diktat Psikoterapi. Yogyakarta : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa